PRACTICING THE NUSA PUTRA UNIVERSITY TRILOGY AS AN ACCOUNTING STUDENT
Halo teman-teman!!!
Aku Deswita, Mahasiswa Akuntansi semester 2 di Universitas Nusa Putra. dalam perjalananku menempuh pendidikan disini, aku belajar bahwa pendidikan bukan hanya soal ruang kelas, nilai, dan IPK. ada pelajaran lain yang jauh lebih dalam, yaitu pelajaran tentang kehidupan. sejak pertama kali aku mengenal nilai Trilogi Nusa Putra yaitu Amor Deus, Amor Parentium, dan Amor Concervis, aku perlahan memahami bahwa menjadi mahasiswa itu bukan hanya tentang belajar untuk diri sendiri, tapi juga untuk menjadi manusia yang lebih berarti.Cinta Kasih Tuhan (Amor Deus)
Aku menemukan makna Amor Deus, cinta kepada Tuhan, dalam kesunyian malam dan langkah-langkah kecilku yang mencoba untuk lebih taat. Di sela padatnya jadwal kuliah dan aktivitas organisasi, aku belajar menyempatkan waktu untuk shalat tepat waktu, memperbaiki niat, dan memaknai ibadah bukan hanya sebagai rutinitas, tapi sebagai pengingat akan arah hidup. sejak saat itu aku mulai menata kembali hubungankudengan Tuhan dan menyadarkanku bahwa hidup ini bukan milikku sepenuhnya. Meski berada dalam lingkungan kampus yang plural dan terbuka, aku tetap berusaha menjaga nilai-nilai keimananku. Salah satunya dengan berkomitmen menutup aurat sesuai ajaran agama yang kuyakini, bukan karena tekanan, melainkan karena rasa cinta dan hormat kepada perintah-Nya. Aku percaya bahwa keimanan bisa tumbuh subur dalam hati yang tulus, bahkan di tengah keberagaman. Sebagaimana dijelaskan dalam Trilogi Nusa Putra, "beragama bukan lagi sekadar kewajiban, tapi menjadi kebutuhan yang bisa menenangkan jiwa dan menuntun langkah." aku mengutip ini melalui https://nusaputra.ac.id/id/tentang/nilai-nilai-luhur/
Cinta Kasih Orang Tua (Amor Parentium)
![]() |
Sebagai anak beasiswa, aku tahu bahwa langkahku membawa harapan, bukan hanya untukku sendiri, tapi untuk keluarga yang telah membesarkanku dengan penuh kasih. Sejak kecil, aku tumbuh dalam pelukan cinta dari nenekku sosok yang dengan sabar mengajariku nilai-nilai kehidupan, tanggung jawab, dan ketulusan. Tak hanya beliau, ada juga orang tuaku dan orang-orang tercinta lainnya yang selalu hadir, baik lewat doa, perhatian, maupun semangat yang mereka kirimkan dari jauh. Amor Parentium, cinta kepada orang tua dan para pendidik hidupku, menjadi kekuatan paling tulus yang mendorongku untuk terus melangkah. Aku ingin mereka melihat bahwa segala lelah, doa, dan kasih yang mereka berikan tak pernah sia-sia. Setiap tugas yang kuselesaikan, setiap tanggung jawab yang kuemban di kampus, semuanya kuberikan sebagai persembahan cinta kepada mereka sosok-sosok yang tak pernah berhenti percaya padaku dan menjadikanku seperti hari ini.
Cinta Kasih Sesama (Amor Concervis)
Kemudian, ada Amor Concervis, cinta kepada sesama, yang kutemukan dalam dunia organisasi, kepanitiaan, dan ruang kelas yang penuh warna. Aku adalah bagian dari kelas internasional, lingkungan belajar yang begitu dinamis, beragam, dan menantang. Teman-teman sekelasku datang dari berbagai latar belakang, karakter, dan budaya belajar yang berbeda. Di sinilah aku belajar untuk benar-benar mendengar, menghargai, dan memahami. Kami saling membantu dalam memahami materi, saling mengingatkan saat ada tugas, bahkan saling menyemangati di tengah tekanan akademik. Perbedaan bukan menjadi jarak, justru menjadi jembatan untuk tumbuh bersama. Dari kelas ini, aku belajar bahwa cinta kepada sesama tak selalu harus diwujudkan dalam bentuk besar; kadang cukup dengan bersedia menjadi pendengar yang baik, berbagi catatan, atau sekadar duduk bersama dalam diam. Di luar kelas, kegiatan organisasi dan kepanitiaan melatihku untuk berkomunikasi lebih bijak, bekerja sama dalam tekanan, dan menempatkan kepentingan bersama di atas ego pribadi. Cinta kepada sesama, menurutku, adalah tentang kehadiran. Dan aku bersyukur, karena dikelilingi oleh orang-orang yang turut menumbuhkan cinta itu setiap harinya. Seperti yang tertuang dalam nilai Amor Concervis, hidup berdampingan dengan damai dalam perbedaan adalah bentuk cinta yang paling luhur. aku mengutip ini melalui https://nusaputra.ac.id/id/tentang/nilai-nilai-luhur/
Tiga nilai ini, Tuhan, keluarga, dan sesama. Membentuk arah hidupku selama menjadi mahasiswa. Kini aku percaya bahwa menjadi mahasiswa bukan hanya tentang menyelesaikan studi. Ini adalah tentang menjalani proses menjadi manusia yang lebih utuh. Selama aku terus melangkah dengan cinta kepada Tuhan, keluarga, dan sesama, aku yakin aku sedang berjalan di jalan yang benar. Meskipun jalanku masih panjang, aku percaya bahwa selama aku berjalan bersama cinta dan ketulusan, aku tidak akan kehilangan arah. dan yaeh untuk itu, Aku sedang belajar menjadi lebih baik, bukan untuk menjadi sempurna, tapi untuk menjadi manusia yang berarti.



Komentar
Posting Komentar